RSS
Write some words about you and your blog here

Saat sudah tidak ada sisa-sisa malam untuk bermimpi, saat itu kita harus belajar berdiri pada kenyataan

Kadang kala kenyataan bertolak belakang dengan mimpi kita semalam. Kita tinggal memilih untuk lebih mempercayai yang mana. Seringkali saya lebih mempercayai mana saja yg lbh indah, dan frekuensi mimpilah yang lebih dominan. TerNYATA pilihan saya salah, NYATAnya saya tidak hidup dalam mimpi, NYATAnya tiap pagi saya terbangun pada KENYATAAN. Saat seperti ini saya teringat teman-teman saya yang laki-laki. Mereka selalu berkata pada saya untuk hidup pada apa yang saya lihat nyata-nyata di depan mata saya. Satu berkata pada saya, 'sekarang jalannya ya kayak gini. Nantinya kayak apa, ya liatnya nanti aja.' Aah, saya rindu teman saya yang ini.
Selama ini saya selalu membagun mimpi saya, kadang-kadang saya lebih banyak membangun mimpi itu ketimbang bertindak bagaimana membangun masa depan saya. Sekarang saat mimpi yang sudah saya bangun itu berdiri utuh dalam bentuk maket-maket, apa yang harus saya lakukan? Pasti teman saya akan menyuruh saya membuang maket-maket itu. Kali ini sepertinya saya harus setuju pada teman saya itu.

0 komentar: