RSS
Write some words about you and your blog here

Balada Kemerdekaan

Merdeka!
Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih di kandung badan
Kita tetap setia tetap setia
Mempertahankan Indonesia
Kita tetap setia tetap setia

Membela negara kita

So guys, how was your 17 Agustusan? Gw?Greeeaaaatttt!!! Really. Really.
Ketemu teman-teman,
ketemu pria TAMPAAAANNNN dengan baju kotak-kotaknya (nyaaaammm ;p),
mupeng sama hadiah yang gw bungkus sendiri,
berantem masalah hadiah,
berantem masalah PUZZLE (sumpah demi apapun gw gak mau yg namanya bikin-bikin puzzle lagi),
nangisin anak TK (Gggrrrrr gedeg bgt gw sama nih anak, gw kaga salah apa2, eh dia nangis),
rapat jam segini, bikin soal buat kuis 30 biji, bungkusin hadiah, gotong-gotong hadiah, jaga buku tamu, ngambilin makan buat mas ini, cari teks proklamasi.
intinya sih: KERJA RODI!

Oh wooowww..
Harusnya gw udah ngeposting ini dari kapan tau deh, ya?
Tapi gw tunda karena gw sangat berharap bang ipur dan Hudi ngasih foto-foto penunjang untuk postingan ini.
Baiklaaahhhh.. Ternyata foto-foto dari mereka tak kunjung datang di-tag-tag-an facebook gw, jadi gw pake foto dari mas Ais, Yoan, dan Geybi saja lah. (Thank you sooo muuuccchhh buddieesss :) )


INI DIA, DENGAN SOMBONG GW PAMERKAN 17 AGUSTUSAN TERMEGAH DI MILENIUM KE 3 INI :) :) :)
(di-klik aja deh gambarnya, soalnya kepotong. Huhuhuuuu..)

1. Mamam tumpeng sepuasnya. GRATEEESSSS!!
2. The crews behind the show, wouwoooo...
3. Taman Nusa Indaaaaaahhhhh Sekaliiii
4. Siapa ini? Loh ini siapa? Ayy yaayyy.. Wajahmu mengalihkan duniaku :")
5. Penari-penari lucuuuu... Berantem di atas panggung coba! Haha.
6. Lomba kelereng siang bolong-long-long. Untung gw gak jadi jurinya
7. FARDU AIN: Foto loncat.

"Hai, namaku IMUT dan aku butuh komentar kakak-kakak tentang akuuu..."

Apa pendapat kalian soal wanita belia ini?
A. Lucu!
B. Ndut. Gemes deh.
C. Gak keliatan oom mukanya!
D. Ah rese banget deh si dia, tau gitu kaga gw menangin sepeda hias!

Ayo pilih yang D! Ayo pilih yang D!

Namanya Imut. Ya, gw juga gak percaya nama asli dia IMUT. Waktu gw didaulat bacain pemenang lomba-lomba, gw sampe nanya berkali-kali perihal nama ini.
Nanya mas Opik:
"hah, apa ini bacanya? Imut?"
"iya, IMUT."
"Haaaaahhhh??"

Nanya Ega:
"Eh, ini bener namanya Imut?"
"Iyak, emang nama dia Imut."
"Baiklaaahhh.."

Dan inilah gw, sang pembaca pemenang untuk lomba 17an mengumumkan siapa saja yang menang dan berhak membawa pulang hadiah:
"Juara mewarnai layang-layang........ EKAAAAA!!!" (dan Eka-pun naik ke panggung dengan muka bersemu senang.)
"Juara lomba kelereng...... EGIIIIIIII!!!" (Egi-pun naik ke panggung dengan bersorak riang.)
"Juara lomba puzzle.... PUTRIIIIII!!!" (Si Putri senyum-senyum naik panggung.)
Bencanapun dimulai sebentar lagi.
JRENG JRENG JRENG JREEEENNNNNGGGGG...
"Juara 3 lomba sepeda hias.... IMUUUUTTTTT!!! Ayo Imut naik ke panggung!"
Sorak sorai terdengar.
Lalu diam.
Lalu terdengar suara tangisan.
OH-DAMN-DIA-SI-IMUT-NANGIS-CUMA-GARA-GARA-GW-SURUH-NAIK-KE-ATAS-PANGGUNG. Gw nangisin anak kecil. Rusak sudah reputasi gw sebagai kakak berhati mulia yang ngasih-ngasih hadiah untuk adik kecil.

29 Agustus 2009,
2 minggu setetah peristiwa 17an.
Gw, Ajeng, Mas Ian terlibat suatu percakapan.
Mas Ian: Kemaren 17an banyak lho yang komplain soal hadiah.
Gw: Ah, masa sih?
Mas Ian: Iya. Tuh yang lomba sepeda hias.
Gw: Haaahhh?? Sepeda hias kan hadiahnya paling bagus!
(sesaat gw lupa kalo yang bagus itu yang menang juara satunya)
Mas Ian: Itu. Si Imut.
Gw: O, iya. Dia juara 3 cuma dapet makanan (snack) ya?
Mas Ian: iya. Kan emang rencananya sepeda hias cuma 1 pemenang doang kan. (emang sebenernya panitia cuma nyiapin hadiah buat 1 pemenang, tapi karena ada banyak peserta yang 'niat banget' dandanin sepedanya, jadi kita nambah kuota jadi 3 pemenang. dengan hadiah seadanya aja, pokoknya biar seneng). Si imut harusnya gak menang. Dia protes, katanya mendingan gak usah menang sama sekali. Trus dijelasin sama si Iwan, kalo harusnya emang Imut gak menang."
Gw: Haaahhhh.. Emang bener dah harusnya gak usah pake menang dia."

QUESTIONING

HAI PERI, PERNAHKAH SAYAPMU PATAH DAN KAU MENANGIS SEJADI-JADINYA KARENANYA?


HAI PAMAN BADUT, APAKAH KAMU BENAR-BENAR SELALU TERSENYUM?


HAI KATIE HOLMES, PERNAHKAH KAU MEMBAYANGKAN RASANYA KEHILANGAN TOM CRUISE-MU DAN TIDAK AKAN PERNAH MENCIUMNYA LAGI?


HAI "BUDDY", GW KANGEN KETAWA SAMA LU. GW KANGEN "KITA". LU?


HAI SERENDIPITY, APA ITU TADI KAMU YANG MEMANGGIL-MANGGIL?


HAI UNHAPPY SMILEY, KENAPA GAK PERGI AJA SIH?


HAI AKU, MASIHKAH MENDUNG DI SANA?

aku suka puisi ini! sukaaaa sekali :)

Sabtu, 8 Agustus 2009.
Sekitar 20.00 waktu tol TB Simatupang.
Di bis dalam perjalanan pulang gw mendengar seseorang mendeklamasikan sebuah puisi dan telak, gw jatuh cinta pada puisi ini. Puisinya WS Rendra yang gw gak tau apa judulnya.

Sering kali aku berkata,
Ketika Orang memuji Milikku,
Bahwa ini hanya titipan.

Bahwa Mobilku adalah titipan-NYA
bahwa rumahku adalah titipan-NYA
bahwa hartaku adalah titipan-NYA
bahwa putra/putriku hanyalah titipan-NYA

Tapi mengapa aku tidak pernah bertanya…
MENGAPA DIA MENITIPKANNYA PADAKU?

Untuk apa dia menitipkan ini padaku
dan kalau bukan milikku, apa yang harus aku lakukan untuk milikNYA ini?
Mengapa hatiku justru terasa berat
KETIKA TITIPAN ITU DIMINTA KEMBALI OLEH-NYA…

Ketika diminta kembali, kusebut itu MUSIBAH
Kusebut itu UJIAN, Kusebut itu PETAKA..
Kusebut itu apa saja
Untuk melukiskan bahwa itu adalah… D.E.R.I.T.A.

Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku, Kedaginganku!!!
Aku ingin lebih banyak Harta,
Aku ingin lebih banyak Mobil,
Aku ingin lebih banyak Rumah,
Aku ingin lebih banyak Popularitas.

Dan kutolak SAKIT, Kutolak KEMISKINAN
Seolah semua “DERITA” adalah hukuman bagiku.
Seolah KEADILAN dan KASIH-NYA,
Harus berjalan seperti matematika

“Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku…
Dan nikmat dunia seharusnya kerap menghampiriku”…

Betapa culasnya aku, Kuperlakukan DIA seolah Mitra Dagangku
Dan bukan kekasih…
Kuminta DIA membalas “perlakuan baikku”
Dan menolak keputusann-NYA yang tidak sesuai keinginanku.

Duh, Gusti,
Padahal tiap hari kuucapkan…
“Hidup dan Matiku, Hanyalah untuk beribadah kepadaMu ya Tuhan…

Padahal ketika kelak LANGIT dan BUMI bersatu,
bencana dan berkeberuntungan
Sama saja, TIDAK ADA artinya lagi…


Tapi gw masih culas. Dan gw gak mau dibilang culas. Bagi gw, hidup harus bisa diselesaikan secara matematika. Gw belum mengerti konsep 'titipan'. Yang gw tau, bertambah berarti menggeser titik pada sumbu X ke kanan. Berkurang berarti menggeser titik pada sumbu X ke kiri. Lalu kalau semua adalah titipan? Sebenarnya kita tidak perlu menggeser apapun dalam sumbu tersebut, begitu? Karena kita tidak punya apa-apa untuk ditambah, apalagi dikurangi. Kita adalah 0. Lalu untuk apa ada sumbu X, sumbu Y, kuadran I sampai kuadran IV?
Jika gw punya 10 permen, gw akan menulis angka 10 pada absis. jika permen itu gw makan 5, gw akan menggeser titik tersebut ke kiri sampai angka 5, karena permen gw tinggal 5. Tapi kalau gw hanya DITITIPI 10 permen? Apa perlu gw menulis sesuatu pada sumbu tersebut?